Sintang, Kalbar – Jumlah kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) di wilayah kerja Puskesmas Kebong sangat banyak. Jumlahnya mencapai 30 an kasus. Parahnya lagi, penderita IMS, rata-rata merupakan remaja yang berstatus anak sekolah.
“Jumlah kasus IMS di wilayah kerja Puskesmas Kebong selalu tinggi di setiap tahunnya,” kata Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Kebong, Roy Martadi Nurmansyah, saat ditemui rakyatborneo.com di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Minggu (20/11).
Dia mengungkapkan, di tahun lalu, jumlah IMS di wilayah kerja Puskesmas Kebong mencapai 47 kasus. Rata-rata penderitanya merupakan anak sekolah di tingkat SMP dan SMA.
Masih kata, pihaknya di akhir tahun ini mencoba mengaktifkan posyandu remaja, kemudian edukasi ke sekolah-sekolah. Kemungkinan tahun 2023, Puskesmas Kebong akan menggalakkan pencegahan IMS. “Tahun ini, kami keterbatasan waktu dan anggaran. Tapi yang penting kami sudah dapatkan data dulu. Saya yakin jumlah kasus IMS ini besar. Seperti fenomena gunung es,” katanya.
Dikatakannya, penyebab banyaknya kasus IMS di Puskesmas Kebong karena memang Kecamatan Kelam Permai merupakan kecamatan yang paling dekat dari Kota Sintang. “Akses jalannyajuga mudah. Kemudian menjadi tempat strategis persinggahan dari Kapuas Hulu dan desa terdekat,” katanya.
Pihaknya masih terus mencoba untuk edukasi ke sekolah-sekolah. Sebab, untuk kasus IMS ini, mereka para penderita banyak yang malu untuk ke puskesmas. “Jika sudah keluhan susah kencing dan merasakan sakit lainnya, baru mereka datang memeriksakan dirinya,” ceritanya pada sejumlah wartawan.
Lanjut dia pada wartawan, penderita IMS terbanyak dialami perempuan dengan persentese 70 persen perempuan dan 30 persen laki-laki. Dia mengungkapkan, berdasarkan keterangan dari pasien, mereka mengalami IMS karena melakukan hubungan seks bebas. “Semoga jumlah kasus IMS ini bisa kami tekan. Kami berharap ada kerja sama dengan para orangtua untuk memperhatikan pergaulan anaknya,” kata dia.
