Sintang, Kalbar – Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Jelimpau, Ahmad Mudasir menyampaikan banyak para ibu – ibu hamil di wilayah kerjanya yang melakukan persalinan dengan bantuan dukun beranak. Kondisi ini terjadi karena mereka (bumil-red) mengaku tidak memiliki biaya jika harus melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan.
Menurut Ahmad Mudasir, hasil dari diskusi pihaknya dengan para ibu hamil yang melakukan persalinan dengan bantuan dukun beranak, diketahui bahwa, mereka para ibu hamil mengaku takut tidak mampu membayar tenaga kesehatan seperti bidan. Jika mereka melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan. “ALasan mereka memilih melakukan persalinan dengan bantuan tenaga dukun beranak memang karena masalah tidak ada biaya untuk ke tenaga kesehatan,” kata dia, ditemui media rakyatborneo.com, (28/10).
Masih kata Ahmad, menurut para ibu hamil ini, jika melakukan persalinan dengan bantuan dukun beranak, maka dukun biasanya hanya barter makanan atau gimanalah. Sedangkan persalinan dengan tenaga kesehatan, masyarakat takut biaya nya tinggi.
Dia mengatakan, sebenarnya para ibu hamil rutin memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan. Tapi ketika dia melahirkan, yang dipanggil dukun untuk membantu proses melahirkan.
Ahmad membeberkan, ada beberapa desa yang masyarakatnya masih mempercayakan ke dukun untuk persalinan. Untuk kasus ibu meninggal saat persalinan karena melakukan persalinan ke dukun memang belum ada. Tapi, karena persalinan ke dukun kemudian akhirnya dirujuk ke rumah sakit ada. Untungnya pasien selamat.
“Kami, Puskesmas Jelimpau sudah mengumpulkan yang masuk ke dalam kategori dukun beranak tadi. Kami sudah sosialisasi terkait dengan pelayanan untuk persalinan yang harus ditangani oleh bidan,” ungkap dia.
Dia mengaku, pihaknya juga sudah menyampaikan ke kepala desanya. Kepala desa kami minta untuk sosialisasi ke warganya agar tidak bersalin dengan dukun.
Masih kata Ahmad, secara aturan, saat ini tenaga kesehatan sudah tidak boleh menolong persalinan di desa. Persalinan harus dilakukan di Puskesmas. Tapi karena kondisi geografis di beberapa desa yang jauh dari puskesmas, dan jika tidak ada penyulit saat persalinan, maka persalinan bisa dibantu di rumah warga tersebut.
Dikatakan dia, walaupun kerja sama dengan dukun saat bersalin, maka harus jelas tupoksinya dukun. Bukan sebagai penolong persalinan. “Kami ada penandatanganan kemitraan bidan dukun. Kemitraan bidan hukum memperjelas tupoksi dukun. Alhamdulillah kemarin para dukun beranak datang. Kadesnya juga mendukung,” bebernya.