Sintang, Kalbar – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang dr. Harysinto Linoh mengatakan, pada awal Oktober 2022 terdapat kasus pasien meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD). Pasien tersebut merupakan seorang anak yang tinggal di Desa Ulak Jaya, Kabupaten Sintang.
“Dalam hal ini, kami telah mengambil tindakan pencegahan. Kami juga menghimbau kepada masyarakat, saat ini sedang terjadi hujan lebat, artinya kita atau masyarakat harus berhati-hati terhadap penyakit DBD,” imbaunya, Selasa (1/11).
Ia juga menegaskan bahwa adanya pernyataan yang menyebut kalau Puskesmas tidak responsif menyikapi kasus kamatian akibat demam berdarah, itu tidak benar.
“Sebenarnya gini ya, Puskesmas sudah melakukan fogging. Tapi harus dipahami bahwa untuk melakukan fogging ada prosesnya. Kita melakukan penyelidikan epidemologis dulu, kemudian kita menginfokan pada masyarakat bahwa akan dilaksanakan fogging,” jelasnya.
Dikatakannya, saat itu memang ada kerusakan mesin fogging di Puskesmas Dara Juanti. “Tapi kita dari Dinas Kesehatan sudah membantu dengan mengirim mesin fogging sehingga bisa digunakan. Kemudian dilakukan fogging di Ulak Jaya hingga Menyumbung Tengah,” bebernya.
Harysinto menegaskan bahwa pelaksanaan fogging atau pengasapan bukanlah jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan demam berdarah. Untuk menyelesaikan permasalahan demam berdarah tersebut adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
“Artinya 3 M harus kita laksanakan ditambah dengan abate. 3 M tersebut adalah Menguras tempat-tempat penampungan air. Menutup rapat semua tempat penampungan air. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang). Untuk abate itu bisa diambil ke Puskesmas. Masyarakat bisa mengambilnya secara gratis. Masyarakat ndak perlu beli abate,” tegasnya.
“Biasanya ada yang jualan keliling abate dengan harga Rp 5000, ndak perlu dibeli. Tinggal datang saja ke Puskesmas, ambil saja gratis,” tegasnya lagi.