• Minggu, 15 September 2024. Jam: 04:45

Kapus Merakai : Butuh Waktu Kejar Desa ODF

Sintang, Kalbar – Rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Merakai membuat pelaksanaan ODF menjadi terhambat. Penyebabnya, masyarakat di beberapa desa sudah terbiasa BAB di hutan. “Masyarakat terbiasa BAB sembarangan. Menurut mereka, kalau BAB di dalam WC mereka merasa pengap,” kata Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Merakai, Ricky Natanil Sucipta, saat diwawancarai rakyatborneo.com, Selasa (22/11).

Dia menuturkan, karena sudah kebiasaan BAB sembarangan membuat masyarakat sulit mengubah perilakunya. “BAB di luar WC, menurut mereka rasanya lebih bebas dan lebih nyaman. “Sosialisasi sudah kami lakukan. Tapi memang berat untuk mengubah mindset,” ungkapnya.

Dikatakan dia, di tahun 2022 ini, belum ada desa yang diverifikasi bebas ODF. Dia mengungkapkan permasalahan sulitnya desa menuju bebas ODF karena memang kesadaran masyarakatnya yang kurang. Sementara itu, sampai saat ini, baru 5 desa dari 29 desa di wilayah kerja Puskesmas Merakai yang sudah bebas ODF.

“Ini program pemerintah yang seharusnya memang diprioritaskan dan dilaksanakan oleh masyarakat,” kata dia.

Dijelaskan dia, STBM ini sudah ada MoU sebelumnya. Pihak kepala desa akan membantu untuk mengadakan segala material ataupun yang lainnya pada masyarakat yang belum punya WC. Dia mengatakan, lima desa yang sudah ODF, yaitu Desa Sungai Areh, kemudian Senangan Kecil, Kerta sari, Senangan Jaya dan Bakti Sinabung.

Dia, yang ditemui di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, mengatakan, walaupun sudah dibantu oleh pemerintah desa, ada saja masyarakat yang masih belum membangun WC nya. “Sedangkan kepala desanya sangat mendukung sekali,” kata dia.Dia membeberkan, kalau dianalisa,

Dikatakan dia, untuk tahun 2023, pihaknya berencana akan memverifikasi dua desa untuk ODF. Yaitu Desa Kayu Dukung dengan Desa Nanga Kelapan. “Dua desa ini tahun 2023 sudah bisa kita verifikasi,” ungkapnya.

Sedangkan untuk desa-desa yang lain, masih 50 persen tingkat persiapannya. Pihaknya punya program namanya STBM. “Kami sudah gencar pemicuan, edukasi kepada masyarakat dalam setiap program. Tapi ya masih begitu, paling perubahannya tidak terlalu signifikan. Hanya nambah  1 – 3 saja dalam sebulan,” pungkasnya pada awak media.

Read Previous

Bupati Ajak Generasi Muda Produktif Tanam Padi

Read Next

Program ODF Jadi Perhatian Puskesmas Emparu