Sintang, Kalbar – Penanganan stunting menjadi program prioritas dari Puskesmas Emparu. Demikian disampaikan Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Emparu, Donatus Leo, saat dihubungi media ini, Kamis (10/11). “Kalau dari bulan Agustus kemarin, hasil program pemantauan status gizi (PSG), jumlah stunting ada 45 kasus, tersebar di 11 desa,” katanya.
Dikatakan dia, stunting ini merupakan permasalahannya gizi jangka panjang. Banyak faktor yang mempengaruhi anak menjadi stunting. “Harus dilihat dari 1.000 masa kehidupan anak, mulai dari kandungan sampai ke umur anak 2 tahun,” kata dia. Dijelaskan dia, faktor penyebab stunting bisa dari bagaimana kesehatan ibunya saat hamil, status gizi ibunya saat hamil, saat anak umur 0 sampai 2 tahun apakah gizinya mencukupi, minum ASI atau tidak? Memang banyak faktor.
“Jadi kalau kita berbicara stunting, sebenarnya yang harus kita lakukan sekarang adalah mencegah. Karena memperbaiki kondisi stunting tidak mudah. Tidak bisa ditarget 3 bulan kamu harus bisa tinggi, biar tidak dibilang stunting. Jadi banyak problem dan banyak faktor – faktor yang memang mempengaruhi,” bebernya.
Untuk Puskesmas Emparu, kata dia, di tahun 2022, pihaknya sangat konsentrasi dalam penanganan stunting ini. “Kami memberikan bantuan tambahan gizi dalam bentuk biskuit. Emang kami didistribusikan oleh kementerian kesehatan berupa biskuit untuk menambah berat badan anak,” katanya.
Untuk dari desa, mereka mengelola PMT dari pangan lokal. Termasuk bantuan susu untuk ibu hamil yang kekurangan gizi, balita gizi kurang dan lainnya. Ada juga seperti di Desa Empaci, mereka menyiapkan menu makanan. “Misalnya di Empaci ada 6 anak gizi kurang atau ke arah stunting. Jadi ibu-ibu kader posyandu mereka menyiapkan menu makanan. Dan diantar ke rumah. Sarapan pagi, siang, sama makan malam. Jadi kader posyandunya yang bergerak. Untuk penanganan anak-anak stunting dan kurang gizi yang ada di desa,” ungkapnya.