Sintang, Kalbar – Sebanyak 19 kasus gigitan anjing telah ditangani oleh Puskesmas Emparu. Jumlah kasus gigitan ini tercatat dari Januari hingga Oktober lalu. “Dari 19 kasus gigitan anjing tersebut, satu kasus gigitan anjing dinyatakan positif rabies, dan korban meninggal dunia,” kata Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Emparu, Donatus Leo ditemui media ini, Minggu (20/11).
Dia mengatakan, untuk kasus gigitan anjing yang positif rabies, dengan korban meninggal dunia, sebenarnya dilakukan tindakan sesuai prosedur. Namun, kata dia, hanya saja penanganannya sudah tiga minggu setelah kejadian. Jadi masa inkubasi rabies mulai menyerang anaknya sampai di pertengahan Agustus. “Kata dokter yang menangani, korban digigit di hidungnya dekat otak dan karena anjing yang menggigit itu lebih besar dari anaknya. Sebenarnya sudah ditangani semua, VAR juga sudah diberikan, tinggal VAR terakhir. Hanya memang karena posisi gigitannya di dekat kepala,” kata dia.
Dia mengatakan, ketersediaan VAR cukup. Karena Puskesmas Emparu selalu berusaha jangan sampai VAR kosong. Masih kata Donatus Leo, bahwa esensi dari Puskesmas adalah memberdayakan semua lini. Termasuk juga dalam penanganan rabies.
Menurutnya, suatu penanganan kasus itu tidak bisa diserahkan ke si A atau si B, tapi semuanya juga berkontribusi. Contoh ketika ada temuan kasus, pihak desa harus merencanakan juga antisipasi untuk penanganan rabies. “Kami di Puskesmas juga punya stategi dalam mencegah rabies ini,” kata Donatus Leo.
Untuk teknis di lapangan, kata Donatus Leo, pihaknya aktif berkoordinasi dengan semua pihak. Ia menyebut, koordinasi tersebut salah satunya dengan pihak desa berjalan sangat baik selama ini.
“Jadi follow up dari desa ke kita juga bagus. Karena kita punya grup khusus. Di dalamnya ada Camat, Sekcam, Babinsa, Bhabinkamtibmas serta para Kades. Kita juga melibatkan sekolah dalam tim itu. Jadi semua punya peran,” jelasnya.
Selain itu, Puskesmas Emparu juga melakukan advokasi ulang untuk memberikan pemahaman masyarakat terkait rabies. Ini juga melibatkan pihak desa.
“Jadi desa terlibat, sekolah juga menyampaikan ke murid-muridnya. Inilah cara menunjukan bahwa kita bisa bersinergi dalam penanganan maupun pencegahan rabies,” jelas Donatus Leo.
”Dalam melakukan advokasi memang perlu dukungan anggaran. Tapi kita berupaya menemukan cara untuk mengatasi hal itu. Yang penting masyarakat ditangani dulu,” kata dia. Pihaknya, lanjut dia, akan terus berusaha untuk menekan angka kasus gigitan anjing di wilayah kerjanyanya.