Kubu Raya, Kalbar – Untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), Pemerintah Kabupaten Kubu Raya bekerja sama dengan lembaga USAID-ERAT menggelar Lokakarya Pemetaan Masalah AKI dan AKB di Kabupaten Kubu Raya, Selasa (17/1), di Qubu Resort Kubu Raya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kubu Raya Yusran Anizam mengatakan, pemetaan AKI dan AKB di Kubu Raya terkait erat dengan masalah pelayanan yang merupakan urusan wajib yang harus dijalankan pemerintah daerah.
“Bupati sangat fokus dengan layanan kesehatan. Sejak awal pemerintah kabupaten telah mengatur strategi dan membuat kebijakan mendesentralisasikan pelayanan kesehatan sehingga tidak terpusat. Pelayanan dilakukan dengan sistem kejar bola yang semangatnya lebih progresif dan cepat,” kata Sekda Yusran usai membuka lokakarya.
Terkait AKI/AKB di Kubu Raya, Yusran menyebut jumlahnya terbilang kecil jika dibandingkan dengan angka kelahiran penduduk setiap tahunnya. Meski begitu, pemerintah kabupaten tidak berpuas diri karena target utama yang ingin dicapai adalah zero atau nihil AKI/AKB. “Apakah bisa zero? Insya Allah tentu bisa melalui upaya keras lebih maksimal lagi. Tentu harapan ini tidak mustahil. Walaupun persentasenya kecil, tetapi ini menjadi urusan yang wajib untuk kita tangani berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kasus yang ada meskipun kecil dituntut untuk ditangani secara maksimal,” ucapnya.
Berkaitan dengan hal itu, Yusran mengungkapkan pemerintah kabupaten telah membuat pemetaan permasalahan dan cara menanganinya. Di antaranya melalui sejumlah program pelayanan seperti program kejar bola SALJU Terpadu, pelayanan USG portable di Puskesmas, pelayanan Puskesmas dan RSUD gratis, pemantauan ibu hamil melalui aplikasi Sibunda, peningkatan kapasitas dan kompetensi bidan dan dokter Puskesmas, dan mekanisme pembiayaan.
“Selain itu Pemerintah Kabupaten Kubu Raya kini telah memiliki simpul jaringan informasi geospasial yang menjadi suatu terobosan dalam upaya memetakan wilayah rawan kematian ibu dan bayi di tiap desa,” tambahnya.
Sementara, Kepala Bappeda Kabupaten Kubu Raya Amini Maros mengatakan tujuan digelarnya lokakarya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan AKI/AKB, merumuskan lokasi prioritas penurunan AKI/AKB, dan merumuskan strategi penurunan AKI/AKB di Kubu Raya.
“Adapun output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya peta permasalahan dan tantangan implementasi AKI/AKB, terumuskannya lokasi prioritas penanganan AKI/AKB, dan tersusunnya strategi penurunan AKI/AKB,” terangnya.
Provincial Coordinator USAID ERAT Kalimantan Barat Muhammad Bisri mengatakan kasus AKI seperti gergaji. Di mana pada 2019 ada 16 kasus, 2020 turun jadi 12 kasus, 2021 naik menjadi 26, dan 2022 turun menjadi 10.
“Dengan kegiatan ini kita perlu refleksi apa yang kurang, apa yang perlu dipertajam, dan apa yang perlu diperkuat,” katanya. Muhammad menambahkan, program USAID-ERAT ini dilakukan untuk pendampingan menuju nol AKB dan AKI. Maka akan ditentukan strategi apa yang tepat untuk di Kubu Raya. “Karena dari harapan hidup di Kubu Raya terjadi peningkatan. USAID-ERAT akan berada di Kubu Raya akan sampai tahun 2025 untuk mencapai Kubu Raya semakin menanjak,” ujarnya.